IHSG Anjlok Lagi 0,79%, Simak Proyeksi Untuk Kamis (23/11)

Indeks Harga Saham Gabungan kembali turun pada perdagangan hari Rabu (22/11). IHSG menyusut sebanyak 0,79% atau 54,84 poin ke 6.906,95 hingga akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG melanjutkan pelemahannya yang sudah terjadi sejak perdagangan Selasa kemarin, sehingga IHSG sudah terkoreksi selama dua hari. Demikian pula dengan rupiah yang berakhir melemah pada akhir perdagangan pasar spot.

Koreksinya IHSG terjadi mengikuti pergerakan bursa saham global, utamanya bursa saham Amerika Serikat (AS), setelah dirilisnya risalah pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Meski risalah pertemuan The Fed atau Federal Open Market Committee (FOMC) mengindikasikan kecil kemungkinan akan menaikkan suku bunga kembali, tetapi dalam risalah tersebut tidak dijelaskan rencana The Fed akan memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

Menurut Research Analyst Reliance Sekuritas Ayu Dian, IHSG pada Kamis (23/11) masih berpotensi melanjutkan pelemahan di tengah indikator stochastic yang membentuk death cross. Selain itu, pasar juga masih akan melihat ketahanan rupiah di tengah neraca pembayaran yang mencatatkan defisit pada kuartal III-2023. Alhasil, Ayu memproyeksikan IHSG Kamis (23/11) akan bergerak dengan rentang 6.860-6.940.

Baca juga : IHSG Melemah Setelah Kuat Pada Beberapa Hari Sebelumnya

Sementara itu menurut Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memproyeksikan IHSG akan menguat terbatas. Herditya mengatakan, investor akan menanti rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia esok. Herditya memprediksi IHSG Kamis (23/11) akan bergerak dengan rentang 6.886-6.930. Untuk saham, secara teknikal ia merekomendasikan saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dengan target harga Rp 366-Rp 380 per saham, PT Kian Santang Muliatama Tbk (RGAS) dengan target harga Rp 112-Rp 120 per saham, dan PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) dengan target harga Rp 2.050-Rp 2.100 per saham.

Continue Reading

Investor Emas Menunggu Risalah Data The Fed

Harga emas melemah menjelang rilis rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terhadap Selasa waktu Amerika Serikat (AS) atau Rabu dini hari waktu Indonesia. Pada perdagangan Senin (20/11/2023) harga emas di pasar spot ditutup terkoreksi 0,14% di posisi US$ 1.977,19 per troy ons.

Sementara, hingga pukul 06.25 WIB Selasa (21/11/2023), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau menguat 0,15% di posisi US$ 1.980,19 per troy ons. Harga emas turun terhadap perdagangan Senin karena terbebani oleh kenaikan imbal hasil Treasury AS, dengan investor tunggu risalah pertemuan terakhir The Federal Reserve untuk mendapatkan tanda perihal jalan suku bunga bank sentral.

Baca juga : Harga Emas Tetap Stabil Dampak Risalah FOMC

Data minggu lantas memunculkan ulang harapan bahwa The Fed dapat mulai melonggarkan kondisi moneternya lebih cepat berasal dari perkiraan setelah pasar tenaga kerja melambat dan laporan inflasi costumer yang lebih lemah berasal dari perkiraan. Suku bunga yang lebih rendah beri tambahan tekanan terhadap dolar dan imbal hasil obligasi, supaya menambah daya tarik emas batangan yang tidak beri tambahan imbal hasil.

Dolar AS tergelincir 0,3% ke level paling rendah dalam lebih berasal dari 2,5 bulan terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, supaya menghalangi penurunan emas terhadap perdagangan kemarin. Indeks dolar melemah ke 103,44 terhadap perdagangan tempo hari waktu imbal hasil US Treasury melemah ke 4,42% berasal dari 4,44% terhadap perdagangan hari sebelumnya.

Harga emas sangat peka terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS bakal menyebabkan dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat menyebabkan emas susah dibeli supaya permintaan turun. Emas terhitung tidak tawarkan imbal hasil supaya kenaikan imbal hasil US Treasury menyebabkan emas tidak cukup menarik.

Continue Reading